Jumat, 21 Juni 2013

Mengakhiri Hidup

 Seorang pria setengah baya mendatangi seorang guru ngaji.

"Ustad, sya sudah bosan hidup. Sudah jenuh betul. Rumah tangga saya berantakan. Usaha saya kacau.Apapun yang saya lakukan selalu berantakan. Saya ingin mati, Ust.!

Sang Ustad pun tersenyum," Ooh...kamu sakit."

"Tidak Ustad, saya tidak sakit, saya sehat. Hanya jenuh dengan kehidupan. Itu sebabnya saya ingin mati Ust,"jawab pria tersebut.

Seolah-olah tidak mendengar pembelaannya, sang Ustad meneruskan,"kamu sakit dan penyakitmu itu 'Alergi Hidup'. Ya kamu alergi terhadap kehidupan".


Banyak sekali diantara kita yang alergi terhadap kehidupan.
Kemudian, tanpa disadari  kita melakukan hal-hal yang bertentangan dengan norma kehidupan.
Hidup ini terus berjalan.Sungai kehidupan mengalir terus, tetapi kita menginginkan status-quo.
Kita berhenti di tempat, kita tidak ikut mengalir. Itu sebabnya kita jatuh sakit. kita mengundang penyakit. Resitensi kita, penolakan kita untuk ikut mengalir bersama kehidupan membuat kita sakit.

Yang namanya usaha, pasti ada pasang surutnya.
Lanjut ke kisah tadi.

"Penyakit itu bisa disembuhkan, asal kamu ingin sembuh dan bersedia mengikuti petunjukku," ujar sang Ustad.

"Tidak Ust, tidak. Saya sudah betul-betul jenuh.Tidak, saya tidak ingin hidup lagi Ust", pria itu menolah tawaran sang Ustad.

"Jadi kamu tidak ingin sembuh.Kamu betul-betul ingin mati?,"tanya sang Ustad.

 "Ya, memang saya sudah bosan hidup," jawab pria itu.
 "Baiklah. Besok sore kamu akan mati. Ambilah botol obat ini. Setengah botol diminum malam ini, setengah botol lagi besok sore jam 6 dan jam 8 malam kamu akan mati dengan tenang,"jawab sang Ustad.

Giliran dia bingung. Setiap Ustad yang Ia datangi selama ini, selalu berupaya untuk memberikan semangat utnuk hidup, tapi lain dengan Ustad ini malah Ia bahkan menawarkan racun. Tetapi karena ia sudah betul-betul ingin mati, ia menerima tawaran sang Ustad dengan senang hati.

Pulang ke rumah Ia langsung menghabiskan setengah botol racun yang disebut"Obat" tadi.
Dan ia merasakan ketenangan sebagaimana tidak ia rasakan sebelumnya. Begitu rileks, begitu santai. Tinggal 1 malam, 1 hari dan ia akan mati. Ia akan bebas dari segala masalah.


Malam itu ia memutuskan untuk makan malam bersama keluarga di restoran masakan Jepang.
Sesuatu yang belum pernah ia lakukan selama ini. Pikir-pikir malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis. Sambil makan ia bersenda gurau. Suasananya santai banget. Sebelum tidur ia mencium istrinya dan anak-anaknya. Lalu ia membisikan di kuping istrinaya,"Sayang, aku sangat mencintaimu".

Esok harinya, ia bangun tidur lebih awal dari sang istri, kemudian ia membuat 2 cangkir kopi. Satu untuk dirinya, satu lagi untuk istrinya. Suatu hal yang jarang ia lakukan.

Sang istripun merasa aneh sekali, hari ini dia beda sekali dari biasanya,"Mas, apa yang terjadi hari ini? Selama ini mungkin aku banyak salah. Maafkan aku mas".

Di kantor ia menyapa setiap orang, bersalaman dengan semua orang.
Staffnya pun bingung,"Hari ini bos kita kok aneh ya...". kata seorang karyawannya kepada rekan kerjanya.

Dan sikap merekapun langsung berubah, mereka pun menjadi lembut. Karena siang itu adalah siang terakhir ia ingin meninggalkan kenangan manis. Tiba-tiba segala sesuatu di sekitarnya berubah. Ia menjadi ramah dan lebih toleran bahkan spresiatif terhadap pendapat-pendapat yang berbeda. Tiba-tiba hidup menjadi indah, Ia mulai menikmatinya.

Pulang ke rumah jam 5 sore ia menemukan istri tercinta sedang menunggunya di beranda depan sambil menggendong si buah hati yang masih kecil.

Kali ini justru sang istri yang memberikan ciuman kepadaya,"Mas, sekali lagi aku minta maaf, kalau aku salah selama ini, aku selalu merepotkan kamu."

Anaknya pun tak mau ketinggalan,"Ayah maafkan kami ya, selama ini ayah selalu stress karena perilaku kami semua," kata anak pertamanya yang berusia 10 tahun.

Tiba-tiba sungai kehidupan mengalir kembali. Hidup menjadi sangat indah. Ia membatalkan niatnya untuk bunuh diri. Tetapi bagaimana dengan setengah botol yang sudah ia minum, sore sebelumnya?

"Ya Rob, apakah maut akan segera menjemputku. Tundalah kematian itu Ya Rob. Aku takut sekali jika aku harus mati meninggalkan dunia ini, apalagi sekarang ini Ya Alloh".

Ia pun buru-buru mendatangi sang Ustad tadi yang telah memberi racun kepadanya.

Sesampainya di rumah Ustad tersebut, pria itu langsung mengatakan bahwa ia akan membatalkan kematiannya. Karena ia takut sekali jika harus meninggalkan dunia ini dan harus kembali kehilangan semua hal yang telah membuatnya menjadi hidup kembali.

Melihat wajah pria tadi, rupanya sang Ustad langsung mengetahui apa yang telah terjadi pada pria tersebut.
Sang Ustad pun berkata,"buang saja botol itu. Isinya hanya air biasa...dan kau sudah sembuh sekarang, apabila kau hidup dalam kepasrahan, hidup dengan kesadaran bahwa maut dapat menjemputmu kapan saja, dimana saja, maka kau akan menikmati hidup setiap detik kehidupan".

"Leburkanlah egomu, keangkuhanmu, kesombonganmu.Jadilah sosok yang lembut, selembut air. Dan mengalirlah bersama sungai kehidupan. Kau tidak akan jenuh, dan tidak akan bosan".

"Kau akan merasa hidup. Itulah rahasia kehidupan. Itulah kunci kebahagiaan. Itulah jalan menuju ketenangan. Percayalah...Alloh bersama kita".










Tidak ada komentar:

Posting Komentar